PEDULI KESEHATAN MENTAL GURU, KOLABORASI ANTARA FPPSI UNJ DENGAN APSI-LPTK GELAR SEMINAR NASIONAL DAN LUNCURKAN BUKU PSIKOLOGI GURU
Humas UNJ, Jakarta-Fakultas Pendidikan Psikologi UNJ (FPPsi UNJ) sebagai bagian dari Asosiasi Psikologi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (APsi-LPTK) menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan rapat kerja nasional Asosiasi Psikologi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (APsi-LPTK) tahun 2024. APsi-LPTK yang terdiri dari beberapa universitas antara lain Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Universitas Negeri Manado (UNIMA), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Universitas Negeri Semarang (UNNES), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Negeri Padang (UNP), dan Universitas Negeri Makassar (UNM) melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan kerja sama antar perguruan tinggi dalam rangka peningkatan IKU, serta seminar guna menggaungkan ilmu psikologi.
Rakernas ini guna mendukung perkembangan ilmu dan mematangkan implementasi pendidikan psikologi di universitas universitas APsi-LPTK. Dalam rakernas yang berlangsung dari tanggal 20—22 September 2024 ini memiliki beberapa agenda diantaranya ada Seminar Nasional, Launching Buku Psikologi Guru, serta FGD akademik dan peran strategis organisasi.
Adapun agenda hari pertama rakernas yakni Seminar Nasional sekaligus peluncuran buku “Psikologi Guru’”. Seminar nasionalnya mengetengahkan tema “Psikologi Guru: Menghadapi Tantangan Global dengan Ketangguhan Mental” yang diselenggarakan secara hibrid, untuk luring berlangsung di Meeting Room Malaika, Hotel Maia dan untuk daring melalui zoom live streaming dan kanal YouTube PsyClip – Fakultas Pendidikan Psikologi UNJ.
Semnas ini turut menghadirkan Prof. Komarudin selaku Rektor UNJ, Dr. Linda Zakiah selaku pembicara kunci (Keynote Speaker) yang membawakan materi “Guru sebagai Pilar Pendidikan Bangsa”. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh Prof. Farida selaku Pemateri pertama, Dosen Fakultas Psikologi UI ini menyampaikan materi dengan judul “Gambaran Kondisi Guru dan Dinamika Tantangan yang dihadapi Guru”. Pemateri terakhir adalah Deasyanti, Ph.D, Psikolog yang juga merupakan dosen FPPsi UNJ menyampaikan topik “Memahami Psikologi Guru untuk Membangun Ketangguhan Mental Guru”.
Mengawali sambutan, Prof. komarudin mengungkapkan rasa senang dan menyambut baik atas terselenggaranya seminar nasional ini. Apalagi mengangkat tema yang begitu luar biasa. Saat ini tantangan global harus kita hadapi dengan penuh keberanian, kreativitas agar sebagai guru dapat menjalankan tugas sebaik-baiknya dan bisa mengendalikan semua proses penyelenggaraan pendidikan sampai pada tujuannya yaitu mencerdaskan peserta didik sebagai anak bangsa. “Ketangguhan mental juga wajib dimiliki oleh seorang guru, selain keberanian tahan banting, pantang putus asa, optimis, futuristik dan visioner juga harus menjadi mental guru masa kini. Ketika perubahan cepat dan terpaan informasi yang berlaku sekarang, maka dari itu seorang guru harus memiliki hal tersebut. Agar dapat mengembangkan potensi peserta didik dengan sebaik-baiknya dan seoptimal mungkin’, ucap Prof. Komarudin mengakhiri sambutannya.
Sementara itu Dr. Linda Zakiah sebagai pembicara kunci menyampaikan bahwa pendidikan menjadi pilar utama bagi kebangkitan Indonesia, karena pendidikan memiliki peran krusial dalam pembangunan dan keberlanjutan suatu bangsa. Oleh sebab itu pendidikan diakui sebagai pilar utama yang dapat memperkuat fondasi kemajuan dan kebangkitan bangsa. Melalui pendidikan yang berkualitas, inklusif dan relevan, Indonesia dapat membentuk SDM yang unggul, mendorong inklusi sosial dan kesetaraan, mendorong inovasi dan pembangunan ekonomi, mempertahankan budaya dan identitas bangsa, serta menghadapi tantangan global dengan tangguh.
Guru dikatakan sebagai pilar pendidikan bangsa, karena dalam memperkuat kualitas pendidikan di Indonesia maka sangat bergantung pada kualitas guru, oleh karena itu guru harus dapat meningkatkan kompetensinya. Lebih lanjut, kompetensi guru profesional memiliki 4 kompetensi, diantaranya 1. Kompetensi Pedagogik, mengelola dan berinteraksi selama proses pembelajaran dengan peserta didik dengan melihat beberapa aspek, 2. Kompetensi Kepribadian, para guru harus mampu mendidik para peserta didik agar mampu memiliki kepribadian yang baik, maka guru dituntut harus memiliki kepribadian yang baik, stabil, bertindak sesuai norma sosial. 3. Kompetensi Profesional, keterampilan ini berkaitan dengan hal-hal teknis kinerja guru seperti guru wajib menguasai materi yang diampu, menguasai capaian dan tujuan pembelajaran, 4. Kompetensi sosial, kemampuan wajib dimiliki agar tidak memiliki sifat diskriminatif, dan efektif dan santun dalam berkomunikasi dengan peserta didik, orang tua peserta didik dan Masyarakat.
Peningkatan kompetensi guru telah difasilitasi oleh KEMENDIKBUD-RISTEK melalui beberapa aplikasi platform maupun program pendidikan. Tetapi tuntutan dari peningkatan kompetensi guru tersebut sedikitnya menimbulkan perubahan dan beban masalah yang dirasakan oleh guru sehingga akan berdampak pada Kesehatan mental guru. “Untuk menjaga kesehatan mental guru maka guru harus memiliki ketangguhan mental. Ketangguhan mental seperti kegigihan, semangat dan ketekunan harus dimiliki oleh setiap guru. Sehingga guru sebagai pilar pendidikan bangsa dapat memperkuat fondasi kemajuan dan kebangkitan bangsa’, pungkas Dr. Linda Zakiah.
Psikologi Guru
Paparan pertama disampaikan oleh Prof. Farida Kurniawati. Sebagai seorang Psikolog, Ia menerangkan bahwa kondisi guru di Indonesia bisa dilihat dari 2 aspek, dari internal (kompetensi para tenaga pengajar) dan eksternal. Menurut sumber hasil penelitian The SMERU Research Institute tahun 2020—2021 kondisi guru di Indonesia antara lain, 1. Adanya ketimpangan dalam distribusi guru. Di daerah terpencil sering kekurangan guru berkualitas, 2. Kesejahteraan guru masih belum memadai dan sering kali tidak sebanding dengan beban kinerja, 3. Efektivitas program sertifikasi guru yang dampaknya terhadap kualitas pengajaran tidak selalu signifikan, 4. Banyak guru di daerah pedesaan tidak memiliki kualifikasi yang sesuai dengan Standar Pendidikan Nasional, 5. Program pelatihan dan pengembangan profesional sering kali tidak memadai dan tidak selalu sesuai dengan kebutuhan praktis di lapangan, 6. Stres dan kesejahteraan mental menjadi masalah signifikan bagi guru di Indonesia, akibat tekanan administratif dan beban kerja yang tinggi, 7. Implementasi dan evaluasi program sertifikasi tidak konsisten di tempat kerja, 8. Faktor eksternal (dukungan, tekanan administrasi, kondisi kerja yang buruk memengaruhi implementasi sertifikasi).
Dari berbagai kondisi dan tantangan global untuk guru, ke depan keterampilan yang dibutuhkan guru (Future Teacher Skills) antara lain: 1. Keterampilan pedagogis yang kuat dalam bidang literasi dan numerasi, 2. Kemampuan untuk terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan dalam sistem pendidikan 3.Pengembangan keterampilan teknis (teknologi digital) non teknis (kemampuan komunikasi, kolaborasi, dan pengelolaan stres).
Berikutnya paparan kedua Deasyanti, Ph.D., Psikolog menyampaikan tema penelitian seputar stres pada guru menjadi topik hangat selama satu dekade terakhir, karena profesi guru menjadi salah satu pekerjaan dengan tingkat stres tinggi, memengaruhi kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis dan kepuasan kerja. Untuk itu guru perlu mengenal dan mengontrol kesehatan mental, salah satunya dengan strategi coping stress, yaitu perilaku, serangkaian aktivitas atau proses berpikir yang digunakan sebagai respons terhadap situasi yang penuh tekanan atau tidak menyenangkan untuk mengubah reaksi seseorang terhadap situasi tersebut. Dengan melibatkan pendekatan yang sadar dan langsung terhadap masalah. “Ketangguhan mental guru adalah kolaborasi kita bersama.” tutup Deasyanti, Ph.D.
Acara ditutup dengan tanya jawab, kemudian dilanjutkan dengan launching buku “Psikologi Guru”.