Enter your keyword

Jadi Produk Inovasi Unggulan UNJ, Alat Resusitasi Jantung dan Paru dari FT UNJ miliki Kandungan TKDN 100%

Jadi Produk Inovasi Unggulan UNJ, Alat Resusitasi Jantung dan Paru dari FT UNJ miliki Kandungan TKDN 100%

Jadi Produk Inovasi Unggulan UNJ, Alat Resusitasi Jantung dan Paru dari FT UNJ miliki Kandungan TKDN 100%

Humas UNJ, Jakarta-Indonesia kini akhirnya memiliki alat Resusitasi Jantung dan Paru (RJP) pertama yang diciptakan sendiri atau dengan kata lain produk asli dalam negeri, alat tersebut dibuat oleh Rafiuddin Syam,  dosen pada Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta (FT UNJ) dan saat ini merangkap menjadi Kepala Divisi Data pada UPT TIK UNJ.

Rafiuddin Syam memfokuskan pada pembuatan inovasi alat kesehatan itu sudah sejak 2018 meski pun konsentrasi sebenarnya adalah robotik, ia menggeluti alat kesehatan dikarenakan prospeknya sangat bagus.

Konon keberuntungan tercipta karena keahlian/keterampilan bertemu dengan kesempatan, begitu yang dialami Rafiuddin Syam, ia begitu visioner dengan memfokuskan untuk berkecimpung di inovasi alat kesehatan, karena dengan hadirnya Inpres  No. 2 Tahun 2022 yang mengharuskan industri kesehatan menggunakan produk dalam negeri. Jadi rumah-rumah sakit yang ada saat ini tidak diperbolehkan membeli produk-produk yang berlisensi luar negeri. Untuk itu, inovasi alat kesehatan yang diciptakan Rafiuddin Syam seperti angin segar bagi para mitra distributor alat kesehatan dan tentu juga bagi rumah sakit, puskesmas dan klinik.

Alat ini tercipta juga atas dasar urgensinya kemandirian alat kesehatan, jadi dengan terciptanya alat kesehatan mandiri, menjadikan kita tidak ketergantungan lagi terhadap pemenuhan alat kesehatan dengan cara impor dari negara lain, terutama alat kesehatan yang masih bisa kita buat sendiri, salah satunya RJP ini yang hadir di depan kita. Selain mengurangi ketergantungan, juga bisa reduce dari segi harga.

Alat RJP hasil karya FT UNJ

Dalam proses pembuatan RJP ini kita memiliki tim dan berkolaborasi dari tim peneliti UNJ, Prof. Muzakkir dari RSUP Wahidin Sudirohusodo Sulawesi Selatan, peneliti Andi Amijoyo Mochtar dari UNHAS, untuk tingkat mahasiswa ada 4 orang yang membantu ada Meli, Sofyan, Wahyudin dan iqbal. Sedangkan untuk mitra produksi PT. Mandiri Jaya Medika.

terkait pendanaan dilakukan secara mandiri. Namun karena saya yakin produk ini berguna dan pasti terpakai, jadi saya perindah dan coba memasukkan ke dalam program kemendikbud ristek yang bernama kedaireka.

Penuh syukur, alhamdulillah terucap,  mendapatkan funding untuk penelitian lebih lanjut mengenai RJP ini. Sebagai informasi, seperti yang dikutip dilaman kedaireka.id, kedaireka merupakan sarana yang dilaksanakan dalam upaya untuk menjembatani pengembangan ilmu dan teknologi atau rekacipta yang dihasilkan oleh perguruan tinggi dengan kebutuhan teknologi dan pengembangan di industri, singkatnya program ini menghubungkan kebutuhan industri dengan pengembang inovasi.

Rafiuddin Syam juga membeberkan kalau kandungan TKDN alat ini 100% semuanya ciptaan dalam negeri. Cara kerja alat ini menggunakan pneomatic dengan menggunakan kompresor sehingga menghasilkan angin. “Jadi penggeraknya bukan menggunakan motor. Rafiudin juga sedikit membocorkan bahwa nantinya akan ada RJP versi 2 dari UNJ yang menggunakan motor dan sekitar 90% alat itu sudah dibuat, nanti tunggu saja tanggal peluncuran produk tersebut, ya”.

Di ruang 405 Gedung Elektro lantai 4, Rafiuddin Syam menjelaskan Perbedaan RJP yang dibuat dengan yang beredar di pasaran yakni quick installment atau cepatnya dalam memasang alat tersebut sehingga untuk memasangnya hanya membutuhkan waktu 2—5 detik saja. Alat ini diperuntukkan untuk pasien yang henti jantung.

Perlu diketahui juga semua alat RJP memiliki risiko untuk patah tulang dada karena alat harus menekan ke dalam sekitar 5 cm, untuk itu biasanya sebelum penindakan dengan alat tersebut, pihak keluarga dijelaskan terlebih dahulu terkait risiko dan diminta untuk tanda tangan, apabila keluarga tidak berkenan ya kita tidak bisa lanjutkan oleh pihak rumah sakit.

Selain quick installment yang menjadi perbedaan dan manfaat, alat ini juga mempunyai manfaat lain seperti tekanan konstan, pengaturan resusitasi dapat diatur dengan mudah mulai dari 60—100 rpm, daya rendah, dapat digunakan di puskesmas dan berbagai level rumah sakit hingga rumah sakit jantung terpadu

Di tengah wawancara, Rafiudin menjelaskan bahwa kendala yang dihadapi, yakni pengurusan izin agar layak digunakan, karena begitu tebalnya dalam menyusun dokumen prosedur kelayakan untuk alat kesehatan tersebut.  Sejauh ini terkait pengurusan izin sedang di konsultasikan dengan yang ahlinya. Jadi RJP ini belum dipasarkan secara masal karena harus memenuhi izin, harus ada izin dari Sucofindo agar layak dipasarkan dan harus konfirmasi ke Kementerian Kesehatan.

Kemungkinan jika alat itu sudah mulai dipasarkan, perkiraan harga yang ditawarkan rangenya dibawah 20juta dan diatas 15 juta. Sedangkan RJP dari Jerman dibanderol 350 jutaan, dan dari luar yang paling murah yakni 100 jutaan. Atas harga tersebut hanya rumah sakit tertentu yang mempunyai alat tersebut.

Dengan harga tersebut spesifikasi yang diapat antaranya lain, 1. Input 12v sebagai power input listrik; 2. LM7805 regulator tegangan 5v; 3. Elco sebagai filter untuk menstabilkan arus listrik; 4. LED sebagai indikator adanya listrik; 5. Transistor mosfet sebagai saklar penguat sinyal; 6. Output ke selenoid; 7. MLX90614 sebagai sensor suhu untuk mengukur suhu pasien; 8. Lcd sebagai penampil data.

Sebelum mengakhir wawancara, Rafiuddin Syam melihat prospek yang bagus karena sampai saat ini, belum banyak peneliti yang ingin berkecimpung di alat kesehatan. “Ke depan saya tetap akan berkecimpung di alat kesehatan, nantinya tunggu saja ya inovasi dari kami selanjutnya”.