FIP UNJ Gelar The 2nd International Conference on Environmental Learning Educational Technologies (ICELET) Tahun 2024
Humas UNJ, Jakarta – Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (FIP UNJ) menyelenggarakan The 2nd International Conference on Environmental Learning Educational Technologies (2nd ICELET) dengan Co-Host Al-Farabi Kazakh National University, Kazakstan dan Universiti Teknologi Malaysia, Malaysia. Tema Konferensi tahun ini adalah “Lingkungan Transformatif untuk Pembangunan Berkelanjutan”. Acara ini diselenggarakan secara hybrid, luring bertempat di Aula Latief Hendraningrat, lantai 2, Kampus A UNJ serta daring via Zoom pada Kamis, 6 Juni 2024.
Konferensi Internasional tahunan ICELET ke-2 ini diselenggarakan kembali atas kesuksesan ICELET pertama pada Oktober 2023 dengan dukungan forum BKN PTN. Konferensi yang bersamaan dengan ICEP ke-2 tahun ini juga merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk IKU dan didukung oleh Kemendikbudristek.
Prof. Dede Rahmat H., Ph.D selaku Ketua ICELET ke-2 Tahun 2024 dalam sambutannya menyampaikan bahwa tujuan dari konferensi tahunan ini adalah untuk memberikan gambaran yang komprehensif dan platform mendalam bagi para peneliti, pendidik, pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan lainnya untuk mempresentasikan dan mendiskusikan perkembangan terkini ICELET Transformatif Pendidikan dan Pembangunan Berkelanjutan. Ruang lingkup yang ditawarkan meliputi kebijakan pendidikan, mutu pendidikan, tren penelitian di bidang pendidikan, profesionalisme guru, pengajaran dan pembelajaran praktik, serta ICT dalam pendidikan. Dengan batas waktu penyerahan abstrak yang kami miliki, dapat menarik lebih dari 300 abstrak baik nasional maupun internasional. “Saya menghargai semua penulis atas kerja keras ilmiah yang dilakukan. Kami berharap untuk memiliki makalah lengkap yang terpilih, bersama dengan penulisnya, diterbitkan di jurnal Sinta 3, Sinta 2, dan Jurnal yang terindeks Scopus. Saya ucapkan terima kasih kepada Dekan FIP UNJ atas kepercayaan dan kesempatannya untuk mengatur, dilengkapi dengan segala bimbingan dan dukungan.” ucap Prof. Dede.
Pada kesempatan yang sama, Dr. Ifan Iskandar selaku Wakil Rektor Bidang Akademik menyampaikan bahwa United States Environmental Protection Agencies (EPA) mendefinisikan pendidikan lingkungan hidup sebagai proses yang memungkinkan individu untuk mengeksplorasi isu-isu lingkungan, terlibat dalam pemecahan masalah, dan mengambil tindakan untuk memperbaiki lingkungan. Komponen pendidikan lingkungan hidup adalah :
1. Kesadaran, sensitivitas, pengetahuan, dan pemahaman terhadap lingkungan dan tantangan lingkungan
2. Sikap kepedulian terhadap lingkungan dan motivasi menjaga lingkungan kualitas
3. Keterampilan untuk mengidentifikasi dan membantu mengatasi tantangan lingkungan
4. Partisipasi dalam kegiatan yang mengarah pada penyelesaian tantangan lingkungan
Tema konferensi tahun ini adalah “Transformative Education for Sustainable Development” menemukan tempatnya di saat alam tidak lagi penuh kasih sayang seperti dulu. Permukaan tanah di Jakarta telah menurun hingga 15 cm per tahun dalam empat dekade terakhir, termasuk seluruh permukaan laut di seluruh dunia meningkat hingga 20 cm, suhu bumi mencapai 1,4 derajat celcius dan diperkirakan 1,5 C pada tahun 2100 yang berarti kita sekarang berada dalam bencana besar, destabilisasi iklim. Hal ini menyebabkan kelangkaan air, krisis pangan, bahaya terkait pekerjaan, pengungsi, dan kesehatan. Secara global, pemanasan 2-3°C menyebabkan >150 juta kasus tambahan malaria di seluruh dunia. Pada tahun 2030, terdapat 48.000 lebih kematian akibat diare pada anak di bawah 15 tahun. Ketika suhu bumi mencapai 2,2-4 derajat C, hal tersebut menjadi tidak dapat diubah lagi destabilisasi iklim. Ketika suhu mencapai 5-6 derajat C, iklim tersebut menjadi iklim tingkat kepunahan destabilisasi. Saya bertanya-tanya, apa yang bisa kita, para akademisi, lakukan untuk mengatasi hal ini. Saya ingin tahu apa yang dapat dilakukan oleh pendidik lingkungan hidup.
Dr. Ifan menegaskan ada satu pesan yang sangat penting, “Bertahun-tahun dan masa mendatang, dunia akan menghadapi lebih intens terkait tantangan global mulai dari penyakit, perubahan iklim, sampai dengan gangguan dari teknologi baru dan krisis keuangan. Tantangan Global memerlukan pemahaman baru tentang pertumbuhan dan tanggung jawab. Kita dihadapkan dengan masalah besar akibat eksploitasi tak terkendali terhadap habitat kita, yaitu pertumbuhan berkelanjutan dalam populasi dunia dan perekonomian global serta meningkatnya permintaan energi akan terus meningkatkan permintaan terhadap sumber daya alam. Pengelolaan sumber daya dan lingkungan bumi secara bijaksana, konsisten dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, sangat diperlukan untuk “Masa Depan Kita Bersama”.
FIP UNJ dan seluruh pendidik harus berupaya memberikan kontribusi dalam penyelesaian permasalahan tersebut. “Tantangan Global” dalam konteks pendidikan, sudah saatnya kita berperan aktif dalam program Pendidikan Penghijauan UNESCO di mana pendidikan memungkinkan peserta didik dari segala usia dengan lembaga untuk mengatasi saling berhubungan tantangan global termasuk perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, pemanfaatan yang tidak berkelanjutan sumber daya, dan kesenjangan. Pendidikan Penghijauan ini terdiri dari empat pilar transformatif pendidikan: Greening schools, Greening curriculum, Greening teacher training and education systems’ capacities, and Greening communities.
Untuk mendorong inovasi berkelanjutan, ICELET harus fokus pada empat bidang inti: Scientific recommendations, Transfer of expertise, Promotion of young environmental educators, dan Voice for ICELET to be echoed to the world., tutup Dr. Ifan yang juga sekaligus membuka acara.
Prof. Dr. rer.nat. Abdul Haris, M.Sc Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi, Kemendikbudristek menyampaikan bahwa konferensi ini sebuah platform dimana kita dapat mengeksplorasi pentingnya pendidikan transformatif untuk pembangunan berkelanjutan. Karena di zaman yang ditandai dengan pesatnya degradasi lingkungan, kesenjangan sosial ekonomi dan tantangan global. Peran pendidikan tinggi dalam mendorong pembangunan berkelanjutan menjadi sangat penting.
Universitas mempunyai peran penting dalam mencapai keberlanjutan. Mereka mendidik pemimpin generasi berikutnya yang akan bertanggung jawab untuk melaksanakan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB. Sementara kemajuan terjadi di pihak sekolah-sekolah di seluruh dunia.Tidak diragukan lagi bahwa universitas memainkan peran penting dalam menyelamatkan pemikiran masyarakat dan menyebarkan ide di balik Sustainable Development Goals (SDGs).
Universitas dapat bertindak sebagai media antar kelompok yang berbeda secara bertahap, secara berkelanjutan. Mereka mempunyai tugas khusus untuk keduanya, mendidik profesional masa depan dan menaruh pengetahuan dan ide untuk mencapai sebuah tindakan. Setelah tahun 1970, peningkatan signifikan dalam penerapan rencana keberlanjutan formal baru terjadi pada 1990.
Banyak universitas yang tidak secara aktif mempromosikan keberlanjutan dan mempersiapkan siswanya. Hal ini mengakibatkan pengurangan potensi mereka bekerja sama dengan masyarakat dan menerapkan tata kelola yang baik. Beberapa tahun terakhir telah terlihat adanya peningkatan dalam mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam pengajaran operasional kampus dan masyarakat. Selain itu, tantangan penerapan keberlanjutan, pendidikan, benturan universitas tentang keberlanjutan untuk dan pengelolaan keberlanjutan secara keseluruhan dalam pendidikan tinggi.
Universitas berkomitmen untuk maju melakukan pembangunan berkelanjutan. Pentingnya keberlanjutan dalam menyelamatkan persepsi institusi pendidikan di kalangan organisasi muda. Universitas-universitas di seluruh dunia yang memprioritaskan keberlanjutan mendapat dukungan penuh. Lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam mendorong kemajuan masyarakat melalui penelitian, inovasi dan pengetahuan. Kemendikbudristek mendukung penuh dan berdedikasi untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.
Masuk ke acara inti, pemaparan materi oleh 4 speaker antara lain :
- Prof. Rekha Koul, Ph.D dari Curtin University, Perth, Western Australia yang membawakan materi mengenai “Social Work in Environmental Education” dan dimoderatori oleh Dr. Susi Fitri
- Prof. Unifah Rosyidi dari UNJ yang membawakan materi mengenai “Current Issues for Education, Technology and Environmental in Developing Countries” dan dimoderatori oleh RA. Hirmana Wargahadibrata, M.Sc.Ed
- Dr. Hamimah Hashim dari Universiti Teknologi Mara (UiTM). Malaysia yang membawakan materi mengenai “Revolutionizing Learning Experiences with Universal Design for Learning” dan dimoderatori oleh Dr. Susi Fitri
- Dr. Francesca Salvi dari University of Nottingham yang membawakan materi mengenai “Environmental Education Practices” dan dimoderatori oleh Ade Dwi Utami, Ph.D
Sesi terakhir yaitu Academic Article Coaching Clinic dengan Dr. Firmanul Catur Wibowo.
Sumber foto : FIP UNJ