[:in]Festival Permainan Rakyat: Media melestarikan budaya bangsa[:]
- Posted: Juni 8, 2023
- By: EA/WPS
- Category: Berita
Humas UNJ, Jakarta-bertempat di Sport Complex Kampus B Universitas Negeri Jakarta (UNJ) berlangsung festival permainan rakyat sebagai media melestarikan budaya bangsa, acara ini terselenggara dari implementasi tugas akhir mahasiswa mata Kuliah manajemen event dengan dosen pengampu Dr. Hernawan.
Pada kesempatan ini turut dihadiri Hartman Nugraha, M.Pd. selaku Koordiantor prodi (koorprodi) olahraga rekreasi. Dr. Hernawan selaku dosen olahraga rekreasi dan juga sebagai wakil dekan III Fakultas Ilmu olahraga (FIK), Masnur Ali., M.Pd dan Dr. Albert Wolter Aridan Tangkudung selaku dosen dari prodi olahraga prestasi.
Perhelatan Festival permainan rakyat diikuti kurang Lebih 6 Provinsi di seluruh Indonesia, sebagai salah satu bukti kebanggaan terhadap bangsa Indonesia dan juga memiliki jiwa sportivitas mengawali acara dengan menyanyikan lagu Indonesia raya dan Mars patriot.

Foto Hartman Nugraha, M.Pd. ketika membunyikan Gong sebagai tanda pembukaan acara
Adapun permainan rakyat yang mengikuti festival kali ini, 1. Jamuran dari Jawa Tengah; 2. Sipak Rago dari Sumatera Barat; 3. Rangku Alu dari NTT; 4. Merebut Benteng dari Maluku Utara; 5. Tuk Tuk Geni dari Betawi; 6. Patumbuh dari Gorontalo.
Akbar Armansyah selaku ketua Pelaksana menyampaikan terima kasih kepada para dosen yang sudah membimbing dan juga kepada panitia yang sudah bekerja, semoga acara ini dapat terlaksana dengan baik.
Ke-6 permainan rakyat ini memiliki masing-masing filosofi dan tujuan antara lain,
1) jamuran merupakan permainan yang diciptakan sunan giri untuk menyebarkan dakwah dan memiliki filosofi mengingatkan masyarakat bahwa manusia itu seperti jamur, yang artinya tanaman jamur di satu sisi bisa bermanfaat dan di sisi lain bisa merugikan orang lain.
2. Sipak Rago merupakan permainan suatu warisan dari nenek moyang orang Minangkabau, Sumatera barat. Permainan ini biasanya dilakukan ketika mengisi waktu kosong dan dimainkan oleh 6—10 orang dengan cara membentuk lingkaran, gerakan sipak rago ini diambil ari Gerakan silat dan olahraga takraw. Memiliki tujuan untuk selain menghargai dan toleransi serta juga kekompakan dalam memainkannya;
3. Rangku Alu merupakan permainan tradisional dari Manggarai, Flores. Rangku berarti menghentakkan dua benda dan alu merupakan alat tumbuk hasil pertanian yang terbuat dari kayu atau bambu. Permainan ini dimainkan 4 orang sebagai pemegang tongkat dan 1 orang harus melompati celah agar tidak terjepit baru. Manfaat dari bermain alu untuk melatih konsentrasi, ketepatan dalam bertindak dan kelincahan.
4. Merebut Benteng atau bentangan , memiliki manfaat melatih kecepatan dan kelincahan dalam berlari, memupuk kerja sama dan membentuk daya tahan.
5. Tuk TUk geni atau yang dikenal dengan nenek gerondong merupakan permainan tradisional khas Betawi, permainan ini menceritakan tentang seorang nenek gerondong yang digambarkan sebagai orang miskin hendak meminta izin untuk mengambil ubi milik anak-anak. Adapun manfaat permainan ini untuk menambah keakraban dan melatih otot.
6. patumbuh dari Gorontalo memiliki filosofi 3 ujung tiang patok bambu melambangkan 3 serangkai adat guwaa tolo tolo lungo yakni 2 tolo tobato pemangku pemerintahan. Terdapat jamur sebagai pembatas lapangan melambangkan rakyat dan bunga polo hungo sebagai simbol penolak bala.

Foto ketika festival berlangsung
Dalam kesempatan yang sama, Hartman Nugraha, M.Pd menyampaikan olahraga tradisional merupakan rohnya dari olahraga rekreasi, dengan kegiatan ini bisa menumpuk dan mengembangkan tentang olahraga rekreasi kepada masyarakat. kegiatan ini menjadi modal bagi kita semua untuk mengadakan lomba berikutnya menjadi Lebih meriah lagi daripada hari ini dan saya berharap perkuliahan manajemen event ini bisa digabung meski berbeda dosen agar Lebih ramai.
“Saya berharap event ini bisa terlaksana dengan baik, terima kasih kepada dosen pengampu dan panitia pendukung dan juga peserta, harapnnya dapat berjalan lancar hingga nanti serta cuacanya mendukung.” Tutup Hartman Nugraha pada sambutannya