Enter your keyword

workshop simulasi visitasi akreditasi internasional

workshop simulasi visitasi akreditasi internasional

workshop simulasi visitasi akreditasi internasional

Pada hari Rabu, 31 Maret 2021. pascasarjana UNJ megadakan “Workshop Simulasi Visitasi Akreditasi Internasional” acara diadakan secara blended, baik daring ataupun luring, untuk luring diadakan di Leisure Inn Hotel Arion, Jakarta.

Acara ini dihadiri oleh Prof. Komarudin selaku Rektor UNJ, Prof. Dr. Nadiroh, M.Pd selaku Direktur Pascasarjana, Dr. rer. nat Nandi, S.Pd., MT., M.Sc. sebagai narasumber berpengalaman dalam akreditasi internasional AQAS (Agency for Quality Assurance through Accreditation of Study Programs), dan para Pejabat lainnya di lingkungan UNJ.

dalam sambutannya Prof. Komarudin mengatakan “Ini menjadi catatan penting bagi kami dalam koordinasi tidak hanya di lingkungan pascasarjana tetapi juga level universitas. Pimpinan Universitas akan koordinasi penuh dalam mempersiapkan akreditasi internasional. Dukungan penuh dari pimpinan UNJ menambah semangat bahwa UNJ siap bertarung habis-habisan dalam mempersiapkan visitasi akreditasi internasional,”

Prof. Komarudin mendorong terus akreditasi internasional di setiap program studi di UNJ dan juga mengharapkan dengan adanya diskusi ini dapat menjadikan role model visitasi akreditasi internasional. Informasi yang diberikan membuka cakrawala UNJ dalam mempersiapkan visitasi akreditasi internasional.

“Secara pengalaman UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) memang lebih dahulu merasakan pengalaman mempersiapkan berbagai hal terkait dengan visitasi akreditasi internasional AQAS . Banyak memberikan poin-poin penting yang mesti dipersiapkan UNJ dalam menghadapi visitasi akreditasi internasional. Universitas harus bisa menunjang perkuliahan mahasiswa,”ucap Nandi mengawali diskusi Workshop.

Standar yang digariskan AQAS terkait dengan proses pengajaran dan pembelajaran yang mendukung perkuliahan. Dalam hal ini UNJ mesti mendata berbagai fasilitas yang dapat mendukung perkuliahan mahasiswa. Misalnya perpustakaan, ruang kelas, laboratorium yang masuk ke dalam standar kelayakan.

“Juga kemudahan untuk akses para difabel,” ujar Nandi. Kampus harus mencerminkan ruang yang ramah bagi difabel. Dengan adanya jalur khusus, toilet serta pelbagai macam fasilitas yang menunjang. Kampus pun akan terlihat inklusif.

Persiapan Untuk Visitasi
Situasi pandemi juga akan mempengaruhi bagaimana kampus dapat dianggap mampu menjalankan perkuliahan secara daring. Kampus pun dapat mendata ulang layanan pengajaran dan pembelajaran selama pandemik. Termasuk program mahasiswa mendapatkan akses internet.

Tak kalah penting adalah UNJ harus mampu menunjukan ruang konferensi yang dapat dijadikan sampel untuk visitasi. Dari ruangan-ruangan sampel itu pula dapat dilihat bagaimana efektivitas pemeliharaan dan penggunaan gedung.

“Adakah (di UNJ) ruangan cadangan yang dapat digunakan digunakan saat jadwal perkuliahan penuh,” ujar Nandi menekankan kepada ruangan yang dapat digunakan untuk mengurai masalah ruangan untuk pembelajaran.

Fasilitas yang bersifat mendukung proses pembelajaran ini menjadi salah satu kunci yang mesti dipersiapkan. Ketersediaan lab komputer dengan jumlah mahasiswa juga sering ditanyakan dalam visitasi. Laboratorium harus memiliki sifat yang spesifik bukan generik. UNJ juga harus mempersiapkan dalam bentuk video dalam visitasi virtual.

“Ini terkait akses terhadap referensi, jumlah jurnal dan artikel yang dapat diakses mahasiswa,”ujar Nandi.

Ketersedian buku di fasilitas perpustakaan juga menjadi sorotan dalam diskusi. Nandi memaparkan bahwa harus ada data berapa rata-rata jumlah buku yang dimiliki perpustakaan dengan rasio mahasiswa secara spesifik dalam keilmuan.

“semoga nanti visitasi akreditasi bisa berjalan baik, mari kita saling membantu dan bersninergi untuk menyiapkanya dengan teliti, dan dimulai dengan membuat timeline kegiatan.” tutur Prof. Nadiroh penuh optimis dalam persiapan akreditasi internasional.